Langsung ke konten utama

Flu kucing (Cat Flu)

Flu kucing atau cat flu merupakan penyakit flu yang biasa ada pada kucing. Penyakit ini dapat disebabkan oleh adanya infeksi Feline Herpes Virus-1 (FHV-1), Feline Viral Rhinotracheitis, ataupun calicivirus. Walaupun pada kucing dewasa flu kucing tidak terlalu berbahaya, namun bila menyerang anak kucing dapat bersifat fatal yang dapat menyebabkan kematian.
Penyakit ini dapat menular melalui kontak dengan virus atau benda-benda yang terpapar agen penyakit seperti tempat pakan dan minum. Selain itu, penyakit ini juga dapat menular melalui air liur kucing, cairan bersin/droplet yang mengandung virus flu kucing.
Masa inkubasi penyakit ini biasanya berkisar antara 10 – 14 hari. Gejala –gejala dari penyakit ini diawali oleh gejala bersin-bersin, pilek, serta demam hingga 410C pada kucing. Selain itu akan terlihat gejala batuk, mata merah bengkak dan berair disertai dengan kerak-kerak pada kelopak mata. Kucing juga akan kehilangan nafsu makan dan kehilangan berat badan sehingga terlihat kurus. Radang kornea juga sering timbul dan menyebabkan kucing lebih senang pada tempat gelap sambil menggosok gosokan mata dengan kakinya. Umumnya tanda-tanda penyakit ini akan berkurang setelah 7 hari dan kembali ke kondisi semula pada 2-3 minggu.
Kucing yang terinfeksi cat flu sebaiknya dipisahkan dengan kucing lainya yang masih sehat. Tempatkan kucing pada tempat yang memiliki sirkulasi udara yang baik. Bersihkan selalu kotoran yang melekat pda hidung dan mata kucing menggunakan air hangat dengan hati-hati. Berikan asupan makanan yang cukup pada kucing. Umumnya kucing dengan kondisi gizi yang baik dapat sembuh dengan sendirinya dari penyakit ini dalam waktu 2- 3 minggu.

Obat dari penyakit flu kucing sampai saat ini belum ditemukan. Namun untuk mencegah adanya infeksi sekunder oleh bakteri dapat diberikan antibiotik. Selain itu untuk mengurangi penyakit pada mata kucing dapat diberikan obat tetes mata. Selain itu pemberian vitamin juga di perlukan untuk mengembalikan nafsu makan kucing. Untuk pengobatan lebih baiknya dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Dokter Hewan.

Untuk mencegah penularan penyakit ini pada kucing dapat dilakukan dengan vaksinasi. Pada anak kucing dapat dilakukan vaksinasi pada umur 6-12 minggu, kemudian diulang pada umur 12minggu, setelah itu baru diulang setiap tahun. Walaupun vaksinasi tidak mencegah secara sempurna penularan penyakit ini namun dengan vaksinasi sudah mengurangi resiko kucing tertular flu kucing.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Distemper pada Anjing

Canine Distemper merupakan   salah satu penyakit penting pada anjing yang dapat menyebabkan kematian yang cukup tinggi . Tingkat kematian akibat Canine distemper pada anjing menempati urutan kedua setelah rabies (Deem et al . 2000).   Canine distemper disebabkan oleh adanya infeksi Canine distemper virus dari genus Morbillivirus dan famili Paramyxoviridae. Gejala klinik yang ditimbulkan sangat bervariasi. Gejala klinis yang timbul akibat infeksi virus distemper dapat beragam, tergantung organ yang diserang. Virus distemper umumnya dapat menyerang beberapa sistem organ seperti sistem pencernaan, sistem pernafasan, sistem saraf dan kulit.   Infeksi canine distemper virus menyebabkan adanya lesio khas pada kulit yaitu Footpad Hyperkeratosis yang biasa disebut dengan Hard Pad Disease   ( Koutinas et al. 2004).   Gambar 1. Anak Anjing (Dokumentasi Pribadi) Canine distemper pertama kali di isolasi oleh Carre pada tahun 1905. Penyakit ini tersebar diseluruh belahan dunia. Di ind

Kasus Displasia Abomasum pada Sapi

Displasia Abomasum (DA) merupakan suatu kondisi dimana terjadi perpindahan abomasum dari lokasi yang sebenarnya.  Umumnya kasus DA banyak terjadi pada sapi perah ( Friesian Holstein ) yang memiliki produksi susu yang tinggi. Kasus ini biasanya terjadi pada akhir masa kebuntingan berkisar 2 minggu sebelum kelahiran (2 minggu prepartus ) dan pada awal masa laktasi yaitu sekitar 8 minggu setelah kelahiran (8 minggu post partus). Selain sapi, kasus DA juga dapat terjadi pada jenis ruminansia lainya, walaupun kasus pada rumininasia lainnya jarang terjadi.

Abses pada sapi

Sapi perah Abses merupakan salah satu masalah yang cukup sering terjadi pada sapi perah. Kondisi abses banyak terjadi pada peternakan sapi perah yang memiliki tingkat sanitasi kandang yang rendah. Abses merupakan kumpulan nanah (netrofil yang mati) yang berada dalam kavitas jaringan tubuh yang biasanya pada daerah kulit dan menimbulkan luka yang cukup serius karena infeksi dari bakteri pembusuk . Abses itu sendiri merupakan reaksi ketahanan dari jaringan untuk menghindari menyebar nya benda asing di tubuh. Pada abses terdapat nanah yang terlokalisasi dan dikelilingi oleh jaringan yang meradang . Gejala khas abses adalah peradangan, merah, hangat, bengkak, sakit, bila abses membesar biasanya diikuti gejala demam, selain itu bila ditekan terasa adanya terowongan (Boden 2005).