Langsung ke konten utama

Platipus: Mamalia yang Bertelur


Hewan mamalia merupakan hewan menyusui yang umumnya salah satu tahapan perkembangbiakanya dengan cara melahirkan. Namun tahukah kamu tentang mamalia yang bertelur?? 

Platipus (Ornithorhynchus anatinus) merupakan salah satu hewan mamalia yang bereproduksi dengan cara bertelur. Hewan ini termasuk dalam golongan monotremata atau hewan mamlia yang bertelur. Hewan asli Australia ini merupakan hewan yang sangat unik.  Hewan ini memili paruh seperi bebek serta kaki yang berselaput. 

Hewan ini termasuk dalam kingdom Animalia, Filum Chordata, Kelas  Mammalia, Ordo Monotremata, Famili Ornithorhynchidae dan Genus Ornithorhynchus. Platipus merupakan salah satu hewan langka yang hanya terdapat di daerah Australia yaitu dibagian Tasmania, Victoria, New South Wales dan Queensland.

Platipus merupakan hewan nocturnal dan memili sifat semi-akuatik.  Hewan ini akan menghabiskan sebagian waktunya di dalam air untuk mencari makanan. Makanan utamanya ialah ikan kecil, cacing, larva serangga, dan yabbie yang digalinya atau ia tangkap pada saat berenang. Platipus merupakan perenang yang handal. Ketika berenang, platipus menutup matanya rapat-rapat dan menyerahkan sisanya kepada indra lainnya. Keempat kaki platipus berselaput. Ketika ia berenang, ia mengayuh dengan menggunakan kedua kaki depannya. Dan untuk menjaga keseimbangan tubuhnya digunakan ekornya dan kedua kaki belakangnya. Ekor platipus berbentukseperti  ekor ikan yang akan membantu nya untuk berenang dengan cepat.  Walaupun platipus merupakan mamalia yang bernafas dengan paru-paru namun dia mampu bertahan dibawah air selama 14 menit. Hewan ini mengurangi kebutuhan oksigennya dengan merendahkan denyut jantungnya.

Di daratan, platipus berjalan seperti cicak atau hewan melata. Ketika ada ancaman predator seperti serigala atau anjing hutan, mereka akan segera masuk ke alam air. 

Temperatur tubuh platipus kira-kira 32oC. Temperatur ini lebih rendah dari kebanyakan Mammalia (sekitar 38oC). Berat platipus berkisar antara di bawah 1 kg sampai dengan lebih dari 2 kg. Panjang tubuhnya sekitar 30-40 cm dan panjang ekornya sekitar 10-15 cm (jantan) dan 8-13 cm (betina). Platipus jantan lebih besar hingga 3x betinanya.

Bentuk tubuhnya sendiri cukup unik, tidak punya kemiripan dengan hewan mana pun juga. Badannya berbulu tebal menyerupai beruang kutub. Bedanya, platipus berwarna hitam atau kecoklatan. Bulu ini membuat tubuh mereka tetap kering walau sudah terendam dalam air. Keunikan lain, walau tubuhnya selintas mirip dengan singa laut, mereka memiliki moncong menyerupai bebek, yakni melebar ke samping. Di dalam paruh ini terdapat semacam reseptor yang biasanya disebut sistem elektroreseptor. Sistem ini akan membantu mereka mendeteksi gerakan elektrik yang dihasilkan binatang air. Paruh ini juga mengandung berbagai sensor lain yang mampu mendeteksi keberaaan mangsa. Paruh yang unik tersebut tidak sekeras paruh atau moncong bebek, melainkan lebih fleksibel seperti karet.



Walaupun tampak lucu platipus merupakan salah satu hewan berbisa. Bisa ini digunakan dalam pertarungan perebutan wilayah atau pertempuran antar teman.

Sistem reproduksi dari platipus cukup unik. Hewan ini memili organ reproduksi yang mirip dengan burung (aves). Platipus betina hanya memiliki satu ovarium yang aktif. Sama seperti burung  ovarium kanan tidak tumbuh sempurna, hanya ovarium kiri yang dapat berfungsi normal. 

Telur yang dihasilkan oleh platipus berbeda dengan telur burung, telur platipus lebih mirip dengan telur reptil. Bentuknya sedikit lebih bundar daripada telur burung. Telur platipus merupakan telur amniotik yang bercangkang keras. Sekali bertelur platipus biasanya mengeluarkan dua buah telur secara bersamaan walaupun kadang-kadang memungkinkan platipus betina menelurkan satu atau tiga telur. Periode inkubasi-nya terbagi menjadi tiga bagian. Tahap pertama: embrio tidak memiliki satupun organ fungsional dan bergantung pada kantung merah telur untuk bernapas. Tahap kedua: jari-jari kaki mulai muncul. Tahap ketiga: gigi muncul.

Masa inkubasi telur platipus berlangsung kurang lebih selama 10 hari. Setelah itu telur platipus akan menetas dan mengeluarkan bayi platipus. Platipus yang baru lahir tidak memiliki rambut serta memiliki mata yang masih menutup seperti pada bayi mamalia pada umumnya. Induk platipus akan menyusui anaknya hingga anaknya mulai berambut dan membuka matanya. Bayi platipus akan meninggalkan sarangnya setelah berusia 17 minggu (kurang lebih 4 bulan).

Platipus....... perbedaan menjadikanya sebuah keunikan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Distemper pada Anjing

Canine Distemper merupakan   salah satu penyakit penting pada anjing yang dapat menyebabkan kematian yang cukup tinggi . Tingkat kematian akibat Canine distemper pada anjing menempati urutan kedua setelah rabies (Deem et al . 2000).   Canine distemper disebabkan oleh adanya infeksi Canine distemper virus dari genus Morbillivirus dan famili Paramyxoviridae. Gejala klinik yang ditimbulkan sangat bervariasi. Gejala klinis yang timbul akibat infeksi virus distemper dapat beragam, tergantung organ yang diserang. Virus distemper umumnya dapat menyerang beberapa sistem organ seperti sistem pencernaan, sistem pernafasan, sistem saraf dan kulit.   Infeksi canine distemper virus menyebabkan adanya lesio khas pada kulit yaitu Footpad Hyperkeratosis yang biasa disebut dengan Hard Pad Disease   ( Koutinas et al. 2004).   Gambar 1. Anak Anjing (Dokumentasi Pribadi) Canine distemper pertama kali di isolasi oleh Carre pada tahun 1905. Penyakit ini tersebar diseluruh belahan dunia. Di ind

Kasus Displasia Abomasum pada Sapi

Displasia Abomasum (DA) merupakan suatu kondisi dimana terjadi perpindahan abomasum dari lokasi yang sebenarnya.  Umumnya kasus DA banyak terjadi pada sapi perah ( Friesian Holstein ) yang memiliki produksi susu yang tinggi. Kasus ini biasanya terjadi pada akhir masa kebuntingan berkisar 2 minggu sebelum kelahiran (2 minggu prepartus ) dan pada awal masa laktasi yaitu sekitar 8 minggu setelah kelahiran (8 minggu post partus). Selain sapi, kasus DA juga dapat terjadi pada jenis ruminansia lainya, walaupun kasus pada rumininasia lainnya jarang terjadi.

Abses pada sapi

Sapi perah Abses merupakan salah satu masalah yang cukup sering terjadi pada sapi perah. Kondisi abses banyak terjadi pada peternakan sapi perah yang memiliki tingkat sanitasi kandang yang rendah. Abses merupakan kumpulan nanah (netrofil yang mati) yang berada dalam kavitas jaringan tubuh yang biasanya pada daerah kulit dan menimbulkan luka yang cukup serius karena infeksi dari bakteri pembusuk . Abses itu sendiri merupakan reaksi ketahanan dari jaringan untuk menghindari menyebar nya benda asing di tubuh. Pada abses terdapat nanah yang terlokalisasi dan dikelilingi oleh jaringan yang meradang . Gejala khas abses adalah peradangan, merah, hangat, bengkak, sakit, bila abses membesar biasanya diikuti gejala demam, selain itu bila ditekan terasa adanya terowongan (Boden 2005).