Langsung ke konten utama

Yuk, Mengenal Tuberkulosis Zoonotik

Tuberkulosis zoonotik adalah salah satu bentuk penyakit yang mungkin belum banyak dikenal, tetapi memiliki dampak penting pada kesehatan manusia dan hewan. Penyakit ini terjadi ketika bakteri Mycobacterium bovis atau Mycobacterium tuberculosis menyebar antara hewan dan manusia. Inilah yang disebut sebagai zoonosis, yaitu penularan penyakit antara hewan dan manusia. 

Penyebab dan Penularan

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium bovis, yang umumnya ditemukan pada hewan ternak seperti sapi, kambing, dan domba. Selain itu, Mycobacterium tuberculosis, yang biasanya menjadi penyebab tuberkulosis pada manusia, juga dapat berperan dalam kasus tuberkulosis zoonotik. Penularan terjadi melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan hewan yang terinfeksi atau melalui konsumsi produk hewani yang tidak terpapar.

Gejala dan Dampak

Gejala tuberkulosis zoonotik pada manusia mirip dengan tuberkulosis biasa, termasuk batuk kronis, demam, penurunan berat badan, dan kelelahan. Namun, diagnosis dan pengobatannya dapat lebih rumit karena perlu mempertimbangkan asal penyakit ini dari hewan.

Faktor Risiko

Orang yang bekerja di sektor peternakan, terutama yang memiliki kontak dekat dengan hewan ternak yang terinfeksi, berada pada risiko lebih tinggi terkena tuberkulosis zoonotik. Ini mencakup peternak, dokter hewan, dan pekerja pertanian.

Pencegahan dan Pengendalian

Pencegahan adalah kunci dalam mengurangi risiko tuberkulosis zoonotik. Ini melibatkan pengujian dan pemantauan hewan ternak, vaksinasi hewan yang tepat, dan praktik-higiene yang baik bagi pekerja pertanian. Edukasi tentang risiko potensial dan bagaimana menghindari penularan juga sangat penting.

Tuberkulosis zoonotik adalah peringatan penting bahwa kesehatan manusia dan hewan saling terkait. Upaya kolaboratif antara sektor kesehatan manusia dan hewan diperlukan untuk mengidentifikasi, mencegah, dan mengendalikan penyakit ini. Dengan lebih banyak pengetahuan dan kesadaran, kita dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk melindungi kesehatan kita dan hewan yang kita sayangi. Mari bersama-sama mengenal dan mengatasi tuberkulosis zoonotik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Sekolah Kedokteran Hewan dunia

Profesi Dokter hewan merupakan salah satu profesi yang terbilang cukup tua. Profesi ini dapat dikatakan sudah ada sejak zaman romawi kuno. Dimulai dengan adanya perawat kuda pada zaman romawi yang disebut `ferrier` yaitu perawat kuda, dari sinilah dimulai perkembangan ilmu kedokteran hewan  sehingga kata `ferrier` juga berkembang menjadi veterinarius atau veterinarian. Walaupun perkembangan ilmu kedokteran hewan sudah berlangsung cukup lama, namun secara resmi profesi dokter hewan baru ada pada tahun 1761, ditandai dengan berdirinya sekolah kedokteran hewan pertama di dunia yaitu di Lyon Perancis. Secara resmi profesi dokter hewan saat ini di dunia telah berumur 250 tahun. 

Distemper pada Anjing

Canine Distemper merupakan   salah satu penyakit penting pada anjing yang dapat menyebabkan kematian yang cukup tinggi . Tingkat kematian akibat Canine distemper pada anjing menempati urutan kedua setelah rabies (Deem et al . 2000).   Canine distemper disebabkan oleh adanya infeksi Canine distemper virus dari genus Morbillivirus dan famili Paramyxoviridae. Gejala klinik yang ditimbulkan sangat bervariasi. Gejala klinis yang timbul akibat infeksi virus distemper dapat beragam, tergantung organ yang diserang. Virus distemper umumnya dapat menyerang beberapa sistem organ seperti sistem pencernaan, sistem pernafasan, sistem saraf dan kulit.   Infeksi canine distemper virus menyebabkan adanya lesio khas pada kulit yaitu Footpad Hyperkeratosis yang biasa disebut dengan Hard Pad Disease   ( Koutinas et al. 2004).   Gambar 1. Anak Anjing (Dokumentasi Pribadi) Canine distemper pertama kali di isolasi oleh Carre pada tahun 1905. Penyakit ini tersebar diseluruh belahan dunia. Di ind

Kasus Displasia Abomasum pada Sapi

Displasia Abomasum (DA) merupakan suatu kondisi dimana terjadi perpindahan abomasum dari lokasi yang sebenarnya.  Umumnya kasus DA banyak terjadi pada sapi perah ( Friesian Holstein ) yang memiliki produksi susu yang tinggi. Kasus ini biasanya terjadi pada akhir masa kebuntingan berkisar 2 minggu sebelum kelahiran (2 minggu prepartus ) dan pada awal masa laktasi yaitu sekitar 8 minggu setelah kelahiran (8 minggu post partus). Selain sapi, kasus DA juga dapat terjadi pada jenis ruminansia lainya, walaupun kasus pada rumininasia lainnya jarang terjadi.