Langsung ke konten utama

Perilaku Domba

Perilaku didefinisikan sebagai respons hewan terhadap lingkungannya. Pemahaman tentang dasar perilaku domba dapat meningkatkan penanganan domba dalam pemeliharaan agar tidak mengalami stres.


Perilaku berkelompok

Domba dikenal sebagai hewan yang memiliki insting untuk hidup dalam kelompok. Sebuah kelompok domba dapat juga berfungsi sebagai perlindungan. Salah satunya ialah perlindungan dari hewan predator. Akan lebih sulit bagi predator bila memilih domba dalam sebuah kelompok dari pada domba yang hidup secara individual. Selain itu naluri berkelompok juga menyebabkan perkembangbiakan domba akan lebih baik (Schoenian 2011).

Dalam sebuah kelompok domba terdapat dominasi dan kepemimpinan. Suatu kelompok yang bergerak akan berkorelasi dengan sosial dominasi (Squires dan Daws 1975). Domba merupakan hewan yang memiliki insting untuk mengikuti pemimpin kelompok. Ketika seseorang pemimpin dari kelompok domba bergerak, sisanya akan mengikuti, bahkan jika itu bukan ide yang baik. Naluri berkelompok dan mengikuti pada domba begitu kuat sehingga menyebabkan kematian 400 domba pada tahun 2006 di Turki timur. Domba-domba ini mengalami kematian setelah mereka mengikuti salah satu domba yang mencoba untuk menyeberangi jurang sedalam 15 meter. Bahkan dari lahir, domba diajarkan untuk mengikuti anggota yang lebih tua dari kawanan domba (Schoenian 2011).

Domba adalah hewan yang sangat sosial. Dalam situasi penggembalaan, mereka perlu melihat domba-domba lain. Bahkan untuk mencegah terjadinya stres ataupun agar penaganan domb menjadi lebih mudah diperlukan kontak visual antar masing-masing domb dalam satu kelompok. Domba akan menjadi sangat gelisah jika dipisahkan dari kawanan domba (Schoenian 2011). Pada domba dewasa sering menunjukkan agresifitas dan terlibat dalam perkelahian untuk menunjukkan status sosial mereka dalam satu kelompok  (Stolba et al. 1990).

Perubahan perilaku normal bisa menjadi tanda awal penyakit pada domba. Contoh yang paling gamblang dari hal ini berkaitan dengan insting perilaku yang paling alami domba, naluri mereka berkelompok. Seekor domba atau domba yang terisolasi dari sisa kawanan cenderung menunjukkan tanda-tanda awal penyakit (kecuali itu hilang) (Schoenian 2011).

 

Perilaku Makan

Perilaku makan merupakan satu hal yang menjadi indikator perialu normal dari domba. Domba yang sehat kan memiliki nafsu makan yang baik, mereka akan mengunyah makanan (rumput) selama beberapa jam  setiap hari. Dalam perilaku makan domba cenderung lebih menyukai merumput (grazing) dibandingkan dengan memakan daun-daunan pada pohon.

Kemampuan domba untuk merumput dipengaruhi oleh umur, ukuran, berat dan kondisi fisiologis hewan, kondisi iklim dan ketersediaan dan kualitas rumput-rumputan yang ditawarkan. Sedikit yang diketahui, bagaimanapun, tentang interaksi antara kondisi tubuh, dingin stres dan ketersediaan padang rumput pada asupan dari penggembalaan domba (Arnold  1970).

 

Perilaku Seksual

Dalam lingkungan pengembalaan telah menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara dominasi dan perilaku kawin. Dalam artian bahwa posisi domba dalam suatu hireraki tidak mempengaruhi perilaku untuk mengawini domba betina (Schreffler dan Hohenboken 1974). Pada perilaku perkawinan bau atau aroma yang dikeluarkan oleh domba betina saat estrus akan meningkatkan kinerja seksual dari domba jantan  (Maina et al. 1997). Domba jantan akan menanggapi bau urin dari betina estrus dengan mengendus, memperpanjang leher dan mengeriting bibir (flehmen). Lidah masuk dan keluar dan mungkin menggigit betina rambut dari domba betina. Kemudian domba jantan akan menaikkan dan menurunkan satu kaki depan pada tubh betina. Jika betina reseptif dia akan berdiri untuk kopulasi.Pada domba, durasi penerimaan seksual dalam kehadiran domba jantan berkurang ketika domba jantan terus mendekati domba betina (Romano et al. 2001).

Efisiensi perkawinan mungkin turun jika ketersediaan makanan menurun. Domba jantan umumnya selama musim kawin akan berubah menjadi sangat agresif. Sehingga diperlukan kehati-hatian dalam mendekati domba khususnya pada musim kawin. Kepala menyeruduk adalah perilaku alami biasa dilakukan domba khususnya pada musim kawin.  Menyeruduk merupakan suatu cara untuk mendapatkan dominasi dalam  hirarki kelompok (Schoenian 2011).

 

 

Daftar Pustaka

Arnold GW. 1970. Regulation of feed intake by grazing animals. Journal of Animal Science 74: 1240–1251.

Maina D, Katz LS. 1997. Exposure to a recently mated male increases ram sexual performance. Applied Animal Behaviour Science 51(1/2): 69–74.

Romano JE, Fernandez AD, Villegas SS. 2001. A note on the effect of continuous presence of oestrus onset, duration and ovulation time in oestrus synchonsised ewes. Applied Animal Behaviour Science 73 (3): 193–198

Schoenian S. 2011. Sheep behavior. [terhubung berkala]. http://www. sheep101. info/201/ behavior.html

Schreffler C, Hohenboken WD. 1974. Dominance and mating behaviour in ram lambs. J. Anim. Sci. 39:725-731.

Squires VR, Daws GT. 1975. Leadership and dominance relationships in Merino and Border Leicester sheep. Appl Anim Ethol 1:263-274.

Stolba A, Lynch GN, HinchJJ, Adams DB, Munro RK, Davies, HI. 1990. Social organisation of merino sheep of different ages, sex and family structure. Applied Animal Behaviour Science 27(4): 337–349.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Sekolah Kedokteran Hewan dunia

Profesi Dokter hewan merupakan salah satu profesi yang terbilang cukup tua. Profesi ini dapat dikatakan sudah ada sejak zaman romawi kuno. Dimulai dengan adanya perawat kuda pada zaman romawi yang disebut `ferrier` yaitu perawat kuda, dari sinilah dimulai perkembangan ilmu kedokteran hewan  sehingga kata `ferrier` juga berkembang menjadi veterinarius atau veterinarian. Walaupun perkembangan ilmu kedokteran hewan sudah berlangsung cukup lama, namun secara resmi profesi dokter hewan baru ada pada tahun 1761, ditandai dengan berdirinya sekolah kedokteran hewan pertama di dunia yaitu di Lyon Perancis. Secara resmi profesi dokter hewan saat ini di dunia telah berumur 250 tahun. 

Abses pada sapi

Sapi perah Abses merupakan salah satu masalah yang cukup sering terjadi pada sapi perah. Kondisi abses banyak terjadi pada peternakan sapi perah yang memiliki tingkat sanitasi kandang yang rendah. Abses merupakan kumpulan nanah (netrofil yang mati) yang berada dalam kavitas jaringan tubuh yang biasanya pada daerah kulit dan menimbulkan luka yang cukup serius karena infeksi dari bakteri pembusuk . Abses itu sendiri merupakan reaksi ketahanan dari jaringan untuk menghindari menyebar nya benda asing di tubuh. Pada abses terdapat nanah yang terlokalisasi dan dikelilingi oleh jaringan yang meradang . Gejala khas abses adalah peradangan, merah, hangat, bengkak, sakit, bila abses membesar biasanya diikuti gejala demam, selain itu bila ditekan terasa adanya terowongan (Boden 2005).

Distemper pada Anjing

Canine Distemper merupakan   salah satu penyakit penting pada anjing yang dapat menyebabkan kematian yang cukup tinggi . Tingkat kematian akibat Canine distemper pada anjing menempati urutan kedua setelah rabies (Deem et al . 2000).   Canine distemper disebabkan oleh adanya infeksi Canine distemper virus dari genus Morbillivirus dan famili Paramyxoviridae. Gejala klinik yang ditimbulkan sangat bervariasi. Gejala klinis yang timbul akibat infeksi virus distemper dapat beragam, tergantung organ yang diserang. Virus distemper umumnya dapat menyerang beberapa sistem organ seperti sistem pencernaan, sistem pernafasan, sistem saraf dan kulit.   Infeksi canine distemper virus menyebabkan adanya lesio khas pada kulit yaitu Footpad Hyperkeratosis yang biasa disebut dengan Hard Pad Disease   ( Koutinas et al. 2004).   Gambar 1. Anak Anjing (Dokumentasi Pribadi) Canine distemper pertama kali di isolasi oleh Carre pada tahun 1905. Penyakit ini tersebar diseluruh belahan dunia. Di ind