Langsung ke konten utama

Zoonosis


Zoonosis merupakan salah satu penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya, hal ini sesuai penjelasan  dalam UU no 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Sedangkan menurut WHO Zoonosis adalah suatu penyakit atau infeksi yang secara alami ditularkan dari hewan vertebrata.

Dalam dua dekade terakhir, 75% dari penyakit-penyakit baru (emerging diseases) pada manusia terjadi akibat perpindahan patogen hewan ke manusia atau bersifat zoonotik. Dari 1415 mikroorganisme pathogen pada manusia yang telah diketahui, sebesar 61,6% bersumber dari hewan. Saat ini lebih dari 300 penyakit memiliki sifat zoonosis yaitu dapat menular dari hewan ke manusia, dan kurang lebih setengah diantaranya dianggap penyakit yang cukup penting pada manusia.

Penyakit-penyakit zoonosis itu, antara lain ialah Flu Burung, SARS, Rabies, Antrax, Leptospirosis, TBC, Toxoplasmosis dan masih banyak penyakit-penyakit zoonosa lainya. Menurut Gongal, Zoonosis dibagi menjadi tiga bagian besar. Pertama, Zoonosis yang berpotensi menjadi endemik seperti leptopirosis dan antraks. Kedua, penyakit berbahaya yang berpotensi menjadi epidemik seperti SARS, Flu Burung (HPAI), dan Virus Nipah. Ketiga, adalah penyakit yang hampir musnah namun memiliki potensi untuk menyebar kembali, seperti rabies.
Belum lagi kalau kita melihat laporan dari CDC (center for disease control and prevention) yang menyatakan bahwa labih dari 250 foodborne disease (penyakit yang ditularkan melalui makanan). Sebagian besar penyakit tersebut bersifat infeksius yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, dan prion yang dapat dipindahkan melalui makanan.

Selain itu keberadan dari penyakit zoonosa juga menjadi  isu penting pada pertahanan nasional. Dahulu pertahanan suatu negara mengandalkan perkembangan dan kemajuan dari senjata yang memiliki daya ledak tingi (senjata, bom atom, nuklir) namun saat ini mulai bergeser kepada senjata biologis yang menggunakan agen hayati (mikroorganisme) sebagai sumber/penyebab penyakit yang mematikan yang sering dikenal dengan bioterrorism (contoh: penggunaan bakteri antrax sebagai senjata biologi, bakteri antrax yang menyebabkan penyakit antrax). Hal ini karena kemampuan membunuhnya lebih luas daripada bentuk persenjataan api atau nuklir. Imbas dari senjata biologis terhadap kematian manusia dan kontaminasi lingkungan oleh agen pathogen dapat berlangsung dalam waktu yang lama.

Berdasarkan data di atas, sudah tentu terlihat bahwa penyakit zoonosa ini merupakan salah satu penyakit yang cukup berbahaya selain itu penyakit-penyakit zoonosa ini terus mengalami perkembangan dan terus mengalami pertambahan jenis penyakit setiap tahunnya.  Penyakit zoonosa menimbulkan ancaman yang serius bagi kelangsungan hidup umat manusia  kedepanya. 

Perwujudan masyarakat yang sehat aman dan tentram menjadi perhatian penting terkait dengan adanya penyakit-penyakit zoonosa ini, karena manusia sehat adalah aset bangsa. Adalah bukan negara yang kuat, jika warga masyarakatnya terserang banyak penyakit. Peran serta seluruh pihak sangatlah diperlukan dalam mengatasi masalah-masalah zoonosis ini kedepanya.
Di dunia  penanggulangan zoonosis ini menjadi perhatian penting khususnya bagi Negara-negara maju, hal ini tentunya karena Negara-negara maju telah menyadari penuh tentang berbahayanya penyakit-penyakit zoonosa ini. Berikut ini peta penyebaran beberapa penyakit zoonosa (rabies dan Flu burung) . 

Penanggulangan penyakit zoonosa di dunia salah satunya dilakukan melalui Bentuk kerja sama di kampanyekan oleh WHO dan OIE yaitu  “One World One Healt” yang dapat diartikan sebagai satu kesehatan untuk dunia. One World One Healt sendiri merupakan sebuah kesepakatan yang dihasilkan pada pertemuan seluruh elemen kesehatan di dunia di kota Manhatan yang membahas tentang pentingnya penanggulangan penyakit-penyakit zoonosa ini secara bersama-sama. 

Di Indonesia sendiri penanggulangan penyakit-penyakit yang bersifat zoonosa ini masih sangat memprihatinkan, belum adanya pembagian tugas yang jelas antara Departemen Kesehatan dan Kementrian Pertanian, menyebabkan penanggulangan penyakit-penyakit zoonosa ini terkesan sangat lambat dan tidak efektif. Hal ini dapat dibuktikan dari penanggulangan penyakit flu burung yang sampai saat ini belum selesai atau penyebaran penyakit rabies yang sangat cepat terjadi di Propinsi Bali.  Kasus-kasus tersebut menunjukkan bahwa masih lemahnya pemerintahan melaksanakan penanggulangan kejadian-kejadian zoonosis ini.  Ancaman Zoonosis di Indonesia sebenarnya sangat mengkhawatirkan. Negara kita memiliki beberapa Zoonosis seperti rabies, leptospirosis, brucellosis, toksoplasmosis, tuberkulosis, salmonellosis, antraks dan HPAI (flu burung).

Kalau kita melihat korban manusia akibat Zoonosis maka kita patut khawatir. Sebagai contoh korban manusia meninggal akibat rabies (anjing gila) setiap tahunnya mencapai 100 orang lebih, untuk tahun 2010 sendiri berdasarkan data yang dihimpun oleh dinas kesehatan di propinsi bali korban meinggal akibat rabies telah mencapai 61 orang korban meninggal khusus di kota bali. Sedangkan dari data nasional disebutkan bahwa pada september 2010 terdapat kurang lebih 45.073 kasus gigitan hewan penular rabies dan 152 diantaranya dinyatakan tewas.
Akibat flu burung, sampai bulan Mei 2008 telah menyebabkan 110 orang meninggal dari 135 kasus dengan case fatality rate sebesar 81,48%. Indonesia bahkan menempati ranking teratas di dunia dalam hal jumlah kematian pada manusia akibat flu burung.

Masih akibat flu burung dari simulasi pandemi yang telah dilakukan oleh pemerintah menunjukkan bahwa jika terjadi pandemi diperkirakan akan terdapat 66 juta orang yang sakit dan 150.000 orang meninggal. Sementara kalau dilihat dari simulasi ekonomi berdasarkan basis data tahun 2006 maka akibat pandemi akan mengakibatkan kerugian langsung (jangka pendek) mencapai Rp 14 trilyun – Rp 48 trilyun.

Belum lagi korban penyakit Zoonosa lainnya yang secara perlahan tapi pasti menyebabkan kematian pada tiap tahunnya. Ini semua menggambarkan betapa hebatnya ancaman Zoonosis bagi keutuhan suatu bangsa. Jika hal ini tidak ditangani serius maka dampak buruk akibat Zoonosis tinggal menunggu waktu.

Penanggulangan zoonosis ini merupakan tanggung jawa kita semua khususnya elemen-elemen kesehatan, penting adanya sebuah kerja sama yang baik agar permasalahan-permasalahan zoonosis ini dapat tertangani, selain itu juga kita patutnya mencontoh sistem kerja sama yang ada di dunia saat ini, pembagian peran yang sesuai dengan bidang keilmuan masing-masing sangatlah diperlukan, mengingat masalah zoonosis ini tidak dapat ditangani dari satu sektor keilmuan saja.

Sumber :
Disadur dari berbagai sumber

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Distemper pada Anjing

Canine Distemper merupakan   salah satu penyakit penting pada anjing yang dapat menyebabkan kematian yang cukup tinggi . Tingkat kematian akibat Canine distemper pada anjing menempati urutan kedua setelah rabies (Deem et al . 2000).   Canine distemper disebabkan oleh adanya infeksi Canine distemper virus dari genus Morbillivirus dan famili Paramyxoviridae. Gejala klinik yang ditimbulkan sangat bervariasi. Gejala klinis yang timbul akibat infeksi virus distemper dapat beragam, tergantung organ yang diserang. Virus distemper umumnya dapat menyerang beberapa sistem organ seperti sistem pencernaan, sistem pernafasan, sistem saraf dan kulit.   Infeksi canine distemper virus menyebabkan adanya lesio khas pada kulit yaitu Footpad Hyperkeratosis yang biasa disebut dengan Hard Pad Disease   ( Koutinas et al. 2004).   Gambar 1. Anak Anjing (Dokumentasi Pribadi) Canine distemper pertama kali di isolasi oleh Carre pada tahun 1905. Penyakit ini tersebar diseluruh belahan dunia. Di ind

Kasus Displasia Abomasum pada Sapi

Displasia Abomasum (DA) merupakan suatu kondisi dimana terjadi perpindahan abomasum dari lokasi yang sebenarnya.  Umumnya kasus DA banyak terjadi pada sapi perah ( Friesian Holstein ) yang memiliki produksi susu yang tinggi. Kasus ini biasanya terjadi pada akhir masa kebuntingan berkisar 2 minggu sebelum kelahiran (2 minggu prepartus ) dan pada awal masa laktasi yaitu sekitar 8 minggu setelah kelahiran (8 minggu post partus). Selain sapi, kasus DA juga dapat terjadi pada jenis ruminansia lainya, walaupun kasus pada rumininasia lainnya jarang terjadi.

Abses pada sapi

Sapi perah Abses merupakan salah satu masalah yang cukup sering terjadi pada sapi perah. Kondisi abses banyak terjadi pada peternakan sapi perah yang memiliki tingkat sanitasi kandang yang rendah. Abses merupakan kumpulan nanah (netrofil yang mati) yang berada dalam kavitas jaringan tubuh yang biasanya pada daerah kulit dan menimbulkan luka yang cukup serius karena infeksi dari bakteri pembusuk . Abses itu sendiri merupakan reaksi ketahanan dari jaringan untuk menghindari menyebar nya benda asing di tubuh. Pada abses terdapat nanah yang terlokalisasi dan dikelilingi oleh jaringan yang meradang . Gejala khas abses adalah peradangan, merah, hangat, bengkak, sakit, bila abses membesar biasanya diikuti gejala demam, selain itu bila ditekan terasa adanya terowongan (Boden 2005).